Thursday, August 20, 2015

Be Careful of What You Read!




Secara umum, frekuensi membaca memprediksi perkembangan berbahasa dan kemampuan mencerna bacaan di kemudian hari. Tapi apakah membaca komik punya dampak yang sama dengan membaca novel? Bagaimana dengan membaca berita online, media sosial, dan blog?

Menurut sebuah penelitian longitudinal di Jerman, tiap jenis bacaan punya dampak yang berbeda (Pfost, Dorfler, & Artelt, 2013). Bacaan yang berdampak positif dan cukup besar adalah fiksi seperti novel dan cerpen. Komik, majalah, dan buku non-fiksi juga berdampak positif namun lebih lemah. 


Mengapa tiap jenis bacaan punya dampak yang berbeda? Penjelasannya terkait dengan proses berpikir yang dituntut oleh jenis bacaan tertentu. Novel menuntut pembaca menciptakan gambaran mental dari informasi verbal. Novel juga mengharuskan pembaca menganalisis plot cerita, kaitan antar kejadian, interaksi antar karakter, dan seterusnya. Selain itu, novel juga memuat kalimat yang lebih kompleks dan kosakata yang lebih kaya daripada jenis bacaan lain.

Komik juga menuntut imajinasi, namun tidak se-intens novel karena visualisasi dari unsur-unsur penting dalam cerita sudah disediakan. Bacaan non-fiksi seperti berita dan tulisan teknis biasanya memuat kalimat yang lebih pendek, dengan struktur yang lebih sederhana. Karena tujuannya menyampaikan informasi spesifik, bacaan non-fiksi tidak menuntut banyak imajinasi. 




Bagaimana dengan konten online seperti blog, forum, berita online, dan media sosial?  Bacaan online ternyata juga berdampak. Tapi negatif! Yup. Semakin banyak seseorang "membaca" konten online, semakin buruk kemampuannya mencerna bacaan. 

Mengapa demikian? Salah satu penyebabnya mungkin terkait dengan konten online yang tidak tersaring kualitasnya. Di internet, siapa pun bisa menerbitkan tulisan seburuk atau se-ngawur apa pun! Kemungkinan lain adalah sifat sebagian konten online yang cenderung singkat dan terfragmentasi. Linimasa Twitter atau Facebook, misalnya, bisa dibaca dan "dinikmati" tanpa harus berpikir analitik atau kreatif. 

Jadi, kalau ada yang merasa menjadi lebih bodoh akhir-akhir ini, barangkali anda perlu mengurangi konsumsi Twitter, Facebook, dan media online lain :)

Sumber gambar: 
(1) http://data.whicdn.com/images/4053174/large.jpg 
(2) http://cdn.socialmediaexaminer.com/wp-content/uploads/2013/07/dh-social-media-buttons-istock-image-25015338.jpg

1 comment:

  1. Kadangkala,menurutku,media online diperlukan untuk mengetahui berita terkini atau apa yang sedang menjadi trending topic.

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...