Karya Kitcher (2001), “Science, Truth, and Democracy”, mengingatkan
saya pada diskusi Indonesian Lawyer Club (ILC) tentang LGBT yang disiarkan TV One pada 16
Februari 2016. Dalam acara tersebut, seorang peserta dengan lantang menyatakan
bahwa homoseksualitas merupakan penyakit jiwa yang harus disembuhkan. Si
pembuat pernyataan, Fidiansyah, adalah seorang psikiater dan tokoh perhimpunan
dokter jiwa Indonesia. Ia mendasarkan klaimnya pada PPDGJ, yakni pedoman ilmiah
bagi dokter jiwa dalam menegakkan diagnosis. Dengan kata lain, ucapan tersebut dimaksudkan sebagai pernyataan ilmiah.
Yang menjadi persoalan adalah bahwa konsensus ilmiah dalam psikiatri dan PPDGJ
tidak menggolongkan homoseksualitas sebagai penyakit. Ilmu psikiatri dan PPDGJ
juga tidak menyatakan bahwa seorang homoseks perlu “dibantu” untuk mengubah
orientasi seksualnya.
Showing posts with label pendidikan sains. Show all posts
Showing posts with label pendidikan sains. Show all posts
Tuesday, April 5, 2016
Thursday, March 31, 2016
Objektivitas Sains dan Nilai-nilai Moral
== Dalam “Science, Truth, and Democracy” (2001), filsuf sains Philip Kitcher menjabarkan visinya tentang peran yang seharusnya dimainkan sains dalam masyarakat demokratis. Ini adalah bagian dari catatan dan tanggapan saya dalam membaca bab pengantar dari karya tersebut. ==
Mengawali diskusinya tentang sains dan demokrasi, Kitcher
(2001) menjabarkan dua imaji atau angan-angan mengenai sains. Dalam imaji yang
pertama, sains adalah puncak pencapaian peradaban manusia. Sains modern
membebaskan manusia dari berbagai tahayul dan dogma lama yang mengukung
rasionalitas. Petir yang menyambar bukan lagi pertanda Zeus atau dewa Indra
yang sedang murka. Panen yang melimpah tidak lagi dianggap kemurahan hati dewi
Sri atau Demeter. Penyakit, kecelakaan, dan kematian tak lagi dianggap sebagai
akibat melanggar tabu atau lalai memberi persembahan bagi para dewa.
Saturday, June 6, 2015
Pelajaran Sains, Apa Gunanya?
![]() |
Pendidikan sains seharusnya menumbuhkan kemampuan berpikir ilmiah, bukan menanamkan pengetahuan. Sumber foto: http://www.htxt.co.za/wp-content/uploads/2014/07/ScienceEducation.png |
Apa kegunaan dari berbagai materi yang dipelajari di sekolah? Untuk literasi tingkat dasar, jawabannya gampang. Pelajaran-pelajaran tersebut berguna secara luas. Semua siswa akan memerlukan keterampilan membaca, menulis dan berhitung dalam kehidupan sehari-harinya. “Keluasan aplikasi” dan “kegunaan praktis” memang bisa menjadi justifikasi untuk pelajaran-pelajaran di tingkat SD, paling tidak sampai kelas 3 atau 4. Namun apakah justifikasi yang sama berlaku untuk pelajaran-pelajaran pada tingkat yang lebih tinggi?
Sebagai contoh, ambillah pelajaran sains atau ilmu pengetahuan alam (IPA). Sains dianggap sebagai mata pelajaran penting dalam kurikulum banyak (atau semua?) negara modern. Tapi sebenarnya, apa tujuan pendidikan sains? Mengapa setiap siswa harus memelajari, misalnya saja, pengukuran suhu dalam skala Celcius, Fahrenheit, Reamur dan Kelvin? Atau mengenai mekanisme fotosintesis pada tumbuhan, atau tentang proses replikasi DNA?
Subscribe to:
Posts (Atom)