Thursday, March 31, 2016

Objektivitas Sains dan Nilai-nilai Moral



== Dalam “Science, Truth, and Democracy” (2001), filsuf sains Philip Kitcher menjabarkan visinya tentang peran yang seharusnya dimainkan sains dalam masyarakat demokratis. Ini adalah bagian dari catatan dan tanggapan saya dalam membaca bab pengantar dari karya tersebut. ==

Mengawali diskusinya tentang sains dan demokrasi, Kitcher (2001) menjabarkan dua imaji atau angan-angan mengenai sains. Dalam imaji yang pertama, sains adalah puncak pencapaian peradaban manusia. Sains modern membebaskan manusia dari berbagai tahayul dan dogma lama yang mengukung rasionalitas. Petir yang menyambar bukan lagi pertanda Zeus atau dewa Indra yang sedang murka. Panen yang melimpah tidak lagi dianggap kemurahan hati dewi Sri atau Demeter. Penyakit, kecelakaan, dan kematian tak lagi dianggap sebagai akibat melanggar tabu atau lalai memberi persembahan bagi para dewa.


Dengan sains, manusia menyingkap kebenaran mengenai cara alam bekerja. Yang tadinya misterius menjadi jelas dan terprediksi. Pengetahuan yang dihasilkan sains menjadi landasan bagi teknologi untuk mengubah dan mengendalikan lingkungan alami. Teknologi yang memerbaiki kondisi hampir semua aspek kehidupan manusia. Namun sains hanya bisa bekerja jika ia dibebaskan dari agenda partisan dari kelompok-kelompok ekonomi, politik, moral, dan agama. Satu-satunya agenda sains adalah mengungkapkan kebenaran.

Imaji kedua merupakan kritik terhadap sains yang berasal dari sebagian filsuf pascamodern. Dalam imaji ini, sains hanyalah mitos modern. Pengetahuan ilmiah tak berbeda jauh dari doktrin agama dan mitologi kuno. Semuanya adalah sistem keyakinan yang berfungsi melanggengkan struktur sosial. Yang berkepentingan merawat sains/agama/mitologi adalah para mereka yang kebetulan diuntungkan oleh struktur sosial yang ada. Salah satu contoh Kither adalah proyek genome manusia. Bagi para kritikus sains, tujuan proyek tersebut bukanlah untuk mengembangkan pengetahuan, melainkan agar pemodal besar bisa mendapat keuntungan dengan menjual tes-tes genetik.

Saya sendiri condong pada imaji pertama. Bagi saya, kritik pascamodern bahwa sains sebenarnya sama saja dengan agama dan mitos terdengar konyol dan tanpa dasar. Memang betul bahwa sains tidak lepas dari nilai-nilai moral yang mewujud sebagai kaidah-kaidah etis penelitian. Misalnya, peneliti harus jujur dalam melaporkan temuan. Penelitian juga tidak boleh membawa dampak buruk pada subjeknya. Singkat kata, memang ada nilai-nilai moral yang mengatur jalannya penelitian. Namun dalam perumusan pertanyaan riset, interpretasi data, dan pengambilan simpulan, sains tetap independen dari tata nilai budaya, agama, kepentingan politik, dan ekonomi. Hanya dengan demikianlah sains bisa menghasilkan pengetahuan objektif tentang alam.

Bagi Kitcher, “sains objektif” dan “sains sebagai mitos” sama-sama imaji yang tidak realistis. Kitcher menjanjikan sintesis antara kedua imaji ini, sintesis yang memertahankan kapasitas sains sebagai penghasil pengetahuan objektif, yang sekaligus mengakui bahwa sains tidak bisa lepas dari kepentingan masyarakat. Sintesis inilah yang menjadi landasan visi Kitcher mengenai peran sains dalam demokrasi.

Pertanyaannya tentu bagaimana mungkin sains bisa objektif bila agendanya ditentukan oleh nilai-nilai budaya dan kepentingan partisan? This will be an interesting read.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...